“THE END OF HISTORY” FUKUYAMA DAN PEMIKIRAN SEJARAHNYA

fukuyama

Oleh: Andi Roni Saputra ( Sekretaris Umum HMI Cabang Dumai )

Yoshihiro Francis Fukuyama,yang  lahir pada 27 Oktober 1952, adalah seorang ilmuwan politik, ekonom politik, dan penulis Amerika. Dia menjabat sebagai Senior Fellow at the Center on Democracy, Development and the Rule of Law at Stanford. Sebelumnya ia menjabat sebagai profesor dan direktur di The International Development program at the School of Advanced International Studies of the Johns Hopkins University. Karya Francis Fukuyama yang terkenal adalah The End of History And The Last Man (1992).

 

Latar Belakang Pemikiran

Fukuyama, pada mulanya, melihat pesimisme masyarakat Barat terhadap kemungkinan kemajuan keseluruhan institusi demokratis. Pesimisme ini lahir karena peristiwa-peristiwa politik pada paruh pertama abad 20. Dua perang dunia yang destruktif, kemunculan ideologi totalitarian, dan pembalikan ilmu pengetahuan yang mengancam manusia dalam bentuk senjata nuklir dan kerusakan lingkungan. Pengalaman hidup sebagai korban dari kekerasan politik dari Hitlerisme dan Stalinisme hingga korban PolPot dapat menyangkal bahwa ada kemajuan historis (Fukuyama, 1992a: 2).

Seperempat terakhir abad 20 terjadi kekalahan besar dari kepemimpinan diktator yang kuat, baik dari otoritas-militer Kanan, maupun Komunis-totalitarian Kiri. Dari Amerika Latin ke Eropa timur, dari Uni Soviet ke Timur Tengah dan Asia, pemerintah yang kuat telah jatuh setelah dua dekade terakhir. Demokrasi liberal menjadi pilihan aspirasi politik yang koheren, yang menyebar ke berbagai daerah dan kebudayaan di seluruh dunia (Fukuyama, 1992a: 2).  Sebagai tambahan, prinsip liberal dalam ekonomi, yaitu ‘pasar bebas’ telah tersebar, dan sukses memproduksi kebutuhan material dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya (Fukuyama, 1992a: 3).

Pengertian sejarah Fukuyama dekat dengan pemikiran G.W.F Hegel dan Karl Marx. Hegel dalam pengantar bukunya “The Philosophy of History” menyatakan bahwa buku tersebut dimaksudkan untuk menyajikan suatu Sejarah Universal (Hegel, 2002: hal 1). Sejarah universal tesebut mengarah pada suatu tujuan. Sedang Marx, menyatakan bahwa tahap sejarah manusia akan sampai pada suatu puncak ketika terwujud suatu masyarakat Komunis. Bagi kedua pemikir ini, ada perkembangan yang koheren dari masyarakat suku yang sederhana yang berdasar pada perbudakan dan kehidupan agrikultur, melalui berbagai theokrasi, monarki, dan feodal aristokrasi, lalu naik melalui demokrasi liberal dan teknologi modern yang disetir oleh kapitalisme. Proses evolusi ini bukan sesuatu yang acak atau tidak masuk akal, dan bukan proses dalam satu garis lurus. (Fukuyama, 1992a: 1-2). Baca lebih lanjut

Malam ku Bersama Soe Hok Gie

Secangkir kopi, sebungkus rokok malam ini tersedia di sela-sela kegiatan ku seperti biasanya sambil ditemani alunan irama musik asal jamaika… yup… reggae music… always be my company all the time…Sambil terus berkonsentrasi dengan pekerjaan saya masih terus terduduk di depan laptop ku sambil sesekali ku menghisap dalam – dalam rokok sampoerna kesukaan ku dan nampaknya rasa letih mulai menghinggapi …badan ku yang semenjak dua hari lalu belum terlelap dalam tidur.
Pukul pun menunjukkan 23.55 Wib. Setelah kerjaan selesai, ku baringkan badan dan menghadap langit – langit kamar. Menarik nafas dalam – dalam dan menatap kosong ke atas seakan semua refresh dalam beberapa detik. Lalu aku pun bangun dan menenggak kembali kopi yang masih tersisa di hadapan ku. Sambil menikmati tenggukan kopi , mata ku pun tertuju pada sebuah buku berwarna merah yang sedikit kusam, ku ambil lalu ku baca judulnya “ Catatan Sang Demonstran” Soe Hok Gie. Baca lebih lanjut

Ibu Pengemis dan Anak itu..

(Selaasa 14 januari 2014 ) .
Pukul sudah menunjukkan waktu di siang . Tepat jam 12.35 wib , setelah nyuci mobil keluar dari kantor, Kriuk..kriuukk…suara cacing dlm perut pun berbicara. aku pun berjalan memutar arah dan ssnggah disebuah rumah makan.
Parkir mobil ku letak tepat di depan rumah makan yang aku singgahi. aku turun melangkah kan kaki masuk, tiba2 seorang ibu menggenggam kaki ku. Langkahku pun terheenti. ku menoleh kebawah dan terlihatlah seorang ibu tua yang cacat berpakaian kumuh duduk bersimpuh menadahkan tangannya. “,,nak ibu belum makan, beerikan saya uang” saut ibu tersebut. Lalu ku rogohkan uang bebrapa yg ada didalam kantong celana ku dan meletakkan di tangannya.
lalu ku pun brgerak, namun ktika ku layangkan pandangan ku ketempat lain, terlihat juga seorang anak kecil meminta2 jga namun malang nasib anak tersebut, ia ditarik keluar oleh orang – orang yg bekerja drumha makan tersebut. “Pergi sana, badan kau bauk, org tidak kan mw makan ditempatt ku kalau kau ada disini” suara dari dalam terdengar sampai keluar. Baca lebih lanjut

Entrepreneurship

 Pengertian Entrepreneurship

Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh dan bersifat inovatif menunjukan suatu jiwa untuk mendorong suatu manajer menjadi orang-orang yang berjiwa entrepreneur, perusahaan-perusahaan sedang mengembangkan program-program entrepreneurship, maka akan berkembangnya para entrepreneur individual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan dramatik dalam masyarakat kita. Dunia entrepreneurship tidak terbatas. Kebanyakan produk dan jasa-jasa yang kita anggap biasa, dewasa ini muncul dari visi individu-individu yang tidak pantang menyerah.

Pengertian entrepreneurship menurut Zimmerer yang dialih bahasakan oleh Buchari Alma (2007:67) mengemukakan

Entrepreneur merupakan satu kelompok yang mengagumkan, manusia kreatif dan inovatif. Mereka merupakan bahan bakar pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena ia memiliki kemampuan berfikir dan bertindak produktif

            Sedangkan menurut Rostand yang dialih bahasakan oleh winardi (2003:23) mengemukakan entrepreneurship adalah sebagai berikut:

Sebuah proses dinamika dimana orang menciptakan kekayaan inkremental. Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu

Menurut Buchari Alma (2007:26) mengatakan bahwa entrepreneurship adalah sebagai berikut:

kegiatan individual atau kelompok yang membuka usaha baru dengan maksud memperoleh keuntungan (laba), memelihara usaha itu dan membesarkannya, dalam bidang produksi atau distribusi barang-barang ekonomi atau jasa

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship adalah seorang yang memulai suatu bisnis baru dan yang melakukan hal tersebut dengan jalan menciptakan sesuatu yang baru, atau dengan jalan memanfaatkan sumber-sumber daya dengan cara yang tidak lazim, dengan upaya menghasilkan nilai bagi para pelanggan

Baca lebih lanjut

Berpikir dalam Pandangan Al Qur’an dan Hadits

Berpikir adalah fungsi akal, dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk memahami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Tuhan. Dengan berpikir, manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka berpikir adalah awal perjalanan ibadah, yang tanpanya ibadah menjadi tak bernilai. Abu Muhammad Hasan az Zaki al Askari berkata, “Bukanlah ibadah itu banyaknya puasa dan shalat, akan tetapi ibadah yang sesunggunya adalah selalu berpikir akan ciptaan Allah Swt.”
Dalam Al Qur’an Majid surat Ali Imran: 190-191, Allah Swt berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka lindungi kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191.
Begitupun dalam Al Jaatsiyah: 13 dan surat An Nahl: 10-11, Al Qur’an Suci menyebutkan;
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Al Jaatsiyah [45]: 13) Baca lebih lanjut

why a human always need to think

keutamaan berfikir

Keutamaan Berpikir Allah Ta’ala memerintahkan untuk berpikir dan merenungkan secara mendalam tentang kitab-Nya yang agung. Allah menyanjung orang-orang yang mau berpikir. Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang mengingat Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, ‘Wahai Rabb kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia.’” Ibnu Abbas ra. berkata, “Sesungguhnya suatu kaum berpikir tentang Allah Azza wa Jalla, lantas Rasulullah saw. bersabda, ‘Hendaklah kalian berpikir tentang makhluk ciptaan Allah dan jangan berpikir tentang Allah, sebab kalian tidak mampu menggapai Kedudukan-Nya.’” “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berakal.’ Rasul bersabda, ‘Celakalah orang yang membacanya tetapi tidak mau berpikir tentangnya.’” Dari Al-Hasan, dia berkata, “Berpikir sesaat itu lebih baik daripada shalat sepanjang malam.” Baca lebih lanjut

Dialektika Mahasiswa dan Politik

By Create : Andi Roni Saputra

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara

Lancang Kuning Dumai

Seorang mahasiswa berkata bahwa ia didatangin oleh salah seorang kader partai politik. Sang kader sejatipun  meminta mahasiswa bergabung dan  mendukungan agar  tergabung dalam sebuah organisasi sayap dari partainya. Untuk itu ia meminta agar sang mahasiswa membuat organisasi underbo dan  mau membuat suatu agenda kemahasiswaan di kampus – kampus. Dan akhirnya di iyakan oleh mahasiswa tersebut.

Mahasiswa pun menggebu dengan doktrin – doktrin yang ditanamkan. Apa yang dikatakan oleh mahasiswa atas semangatnya bukanlah hal yang baru di dunia politik. Dari dulu memang sudah ada terjadi. Mahasiswa yang paradigmanya “dangkal ibarat galian sumur   yang  belum ada air nya yang timbul baru lumpur – lumpurnya saja sudah dipergunakan untuk mencuci baju  maka baju tersebut ssemakin kotor”. Hal ini akan mudah untuk dijadikan “alat”, kalau tidak suka disebut diperalat. Bahkan sudah cukup banyak bukti mahasiswa ikut bermain  politik hanya sebagai pelebaran sayap – sayap partai dikampus – kampus .

Memang tidak menutup kemungkinan sebagai mahasiswa terlibat politik. Mahasiswa berpolitik tak melulu dilakukan selayaknya orang-orang politik yang masuk partai tertentu,. seyogyanya adalah Baca lebih lanjut

Kulyah Apa untuk cari kerja atau cari Ilmu???

Beberapa hari yang lalu ada seorang kawan berkata demikian kepada saya: “Apa sih gunanya kau kuliah? ngabisin duit dan waktu aja, nyatanya setelah tamat nanti toh kau susah dapat kerjaan juga. Lihat saja tiap tahunnya ribuan sarjana diwisuda,padahal lowongan kerja yang tersedia hanya sedikit”. Kata-kata inilah yang diutarakan kawan saya itu kepada saya. Kawan saya itu memang tidak anak kuliahan seperti saya tetapi kawan itu setelah tamat SMA memilih menjadi petani di kampung dan 2 tahun kemudian dia menikah.

Dari perkataan kawan saya tadi, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak anggapan masyarakat, bahwa kuliah itu hanya untuk mencari gelar dan kerja. Kuliah itu Hanya sebagai formalitas agar mudah dapat kerja di instansi pemerintah maupun swasta. Ketika banyak orang berbicara seperti itu, hati saya seperti berdegup, berusaha berkata lain, bahwa bukan seperti itulah seharusnya tujuan kita kuliah. Jika pekerjaan dijadikan niat atau alasan mendasar memilih untuk kuliah,saya merasa seakan-akan ilmu yang kita cari hanya berorientasi pada pekerjaan yang berujung materi semata.

Baca lebih lanjut

Perubahan Paradigma Gerakan Mahasiswa

Sekelompok orang menumpang sebuah perahu, berlayar di laut, membelah gelombang. Masing-masing mendapatkan tempat duduk. Salah seorang dari para musafir itu, menyatakan bahwa tempat duduknya adalah miliknya, mulai membuat sebuah lubang di bawah tempat duduknya dengan sebuah alat tajam. Andaikata para musafir itu tak segera menahan tangannya dan mencegahnya dari berbuat demikian, tentu mereka semua, termasuk si celaka itu, akan terancam tenggelam.

[Rasulullah Muhammad SAW]

Dengan indahnya, Sang Revolusioner Nabiyullah Muhammad SAW mengilustrasikan hubungan antara individu, masyarakat, dan proses penyempurnaan hidup yang tak terpisahkan di antara keduanya. Muhammad SAW tidak hanya memandang peranan individu (pribadi) dalam kehidupan, tapi juga massa (ummat). Demikian akhirnya, dalam dienulIslam, setiap individu tidak saja memiliki tugas untuk beribadah yang bersifat individual, akan tetapi juga bersifat massal. Ibadah tidak hanya dilakukan oleh pribadi, tapi juga oleh masyarakat. Sampai akhirnya, rupanya kategori dosa pun tidak bersifat personal an sich, tapi banyak di antaranya yang disebut dosa sosial….

Demikianlah, proses penyempurnaan hidup itu sendiri pada dasarnya dilakukan melalui proses interaktif satu sama lain. Karena, pembagian individu dan masyarakat ini hanya berada pada wilayah konsepan (persepsi), sementara dalam realitasnya satu sama lain sulit dipisahkan, maka mencapai kesempurnaan itu sendiri akhirnya menuntut kerja masyarakat. Hingga di sini dapat disimpulkan bahwa tugas perubahan sosial dalam mencapai maslahat itu sesungguhnya menjadi tugas masyarakat di tiap zamannya. Bahkan, tidak hanya temporer, tugas suci ini sesungguhnya diemban secara bersama-sama oleh masyarakat di tiap dan dari zaman ke zaman berikutnya. Inilah tugas sepanjang hayat kemanusiaan bagi seluruh generasi manusia.

Kendati begitu, pada tataran realitasnya, tentu saja peranan itu dibagi berdasarkan kapasitas yang dimiliki komponen pada sekelompok manusia. Dalam artian, sungguh naïf mengharapkan akan dijalankannya suatu peranan sosial, sementara komponen itu sendiri tidak memiliki kapasitas yang bersesuaian untuk menjalankan hal ini. Karena itu, selalu saja ada tuntutan berbeda bagi kelompok raushanfikr (tercerahkan) dan belum tercerahkan dalam mengemban tugas perubahan. Bagai sekawanan nabi yang memikul tugas kenabiannya, komponen ini sesungguhnya tergolong pewaris tahta kenabian, yang pada intinya sama-sama memikul tugas menggerakkan perubahan sosial di tengah masyarakat demi terciptanya kesempurnaan jiwa kemanusiaan. Dalam mushaf al-Qur’an, mereka ini disebut sebagaiulilalbab.

Oleh karena keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari kepemilikan ilmu (‘ulama) dan gelora cinta di dada akan cahaya kebenaran, maka dapat diprediksikan bahwa mereka ini tergolong ke dalam kaum terpelajar. Dalam domain keindonesiaan, mereka ini boleh jadi merupakan para mahasiswa. Ini bisa jadi terlampau berlebihan, karena itu ada beberapa catatan penting terkait dengan keberadaan kelompok dimaksud, akhir-akhir ini. Meski begitu, wujud mungkin berupa potensi besar gerakan mahasiswa untuk menjalankan tugas sosial, tentu tak hilang begitu saja. Wujud mungkin itu adalah kekuatan dahsyat.

Kenapa demikian? Karena, jika mengikuti alur berpikir commonsense, mahasiswa adalah kelas menengah tercerahkan, antara rakyat kebanyakan dan negara, hasil seleksi dari suatu komunitas masyarakat urban. Konstituen, budaya, dan struktur yang berkembang di dalamnya punya konotasi ilmiah-rasional dan intelektualisme, sehingga ditempeli banyakembelembel kesucian moralitas, kecendekiaan, dan heroisme.

Baca lebih lanjut

Organisasi Mahasiswa Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Mengubah Paradigma Berfikir

Organisasi Mahasiswa Sebagai Salah Satu Alternatif
Untuk Mengubah Paradigma Berfikir
Abstract
Historically the University student never die to demonstrate their responsibility to the wherever and whenever community. Their Responsibility is progressive reflection to make a social change that give contribution for social  order. To realize it, they have been building the synergy in the university student organization. But the problem in the  university student activity is   paradigm of thinking  that  implicates to the stagnation. This paper deals with some aspects that give impact to it and how to gain it solution.
Keyword : university student–paradigm of thinking
Preface
Mahasiswa adalah sebutan bagi mereka yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi baik swasta maupun negeri. Karena telah lebih lama mendapatkan pendidikan sejak pendidikan dasar, menengah, dan  sampai perguruan tinggi maka banyak orang menilai mahasiswa sebagai kaum intelektual atau kaum akdemisi. Juga karena telah lebih dulu mengenyam pendidikan di perguruan tinggi atau universitas maka mahasiswa pasti diperlakukan berbeda dari pada siswa.
Karakter yang biasa diidentikan dengan mahasiswa setidak-tidaknya dibangun di atas tiga landasan. Pertama, psikologi orang muda yang senantisa progresif dalam mencari dan menemukan jatidiri. Kedua,Idealisme karena keyakinan terhadap nilai-nilai dasar dan komitmen untuk mewujudkannya.Ketiga, intelektualitas yang menjadi kontruksi atau kerangka dari sistem cita-cita sehingga segenap sikap maupun tindakannya tidak sekedar perilaku basa-basi atau aktivisme hampa.[1]Ketiga hal itulah yang menjadi support bagi sikap dan tindakan mahasiswa untuk peduli dan mempunyai responsibilitas yang tinggi    (high responsibility) terhadap masyarakatnya. Sejarah kemahasiswaan di Indonesia telah memberikan fakta yang otentik bahwa support itulah yang telah melahirkan daya dobrak atau daya dorong yang efektif bagi sikap-sikap kepeloporan yang diperankan mahasiswa dalam proses pembaruan. Pada saat terjadi kemandegan atau problem sosial yang membutuhkan peranan mahasiswa maka pada saat itulah mahasiswa tampil dan mencatatkan sejarahnya. Sebut saja peristiwa Rengasdengklok, Ampera, Reformasi dan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi dalam kilasan sejarah Indonesia kita.

Baca lebih lanjut